Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

Leif Eriksson—Penemu Amerika?

Leif Eriksson—Penemu Amerika?

Leif Eriksson—Penemu Amerika?

OLEH PENULIS SEDARLAH! DI DENMARK

SIAPA yang menemukan Amerika? Tidak ada yang benar-benar mengetahuinya dengan pasti. Jawabannya sangat bergantung pada bagaimana Anda mendefinisikan ”menemukan” dan ”Amerika”. Lagi pula, daratan yang luas ini sudah ditinggali selama berabad-abad sebelum orang Eropa tahu bahwa daratan ini ada. Di awal tahun 1493, Christopher Columbus kembali ke Eropa membawa laporan tentang perjalanannya yang pertama ke Amerika. Ia sebenarnya mendarat di kepulauan Hindia Barat. Namun, ia bukanlah orang Eropa pertama yang mencapai ”dunia baru” yang menakjubkan ini. Sekelompok orang Skandinavia yang berambut pirang rupanya telah mencapai daratan Amerika Utara 500 tahun sebelumnya.

Seribu tahun yang lalu, Atlantik Utara kemungkinan besar keadaannya dingin dan tak menentu seperti sekarang. Seorang pelaut mungkin berpikir bahwa ia tahu perubahan angin dan arus samudra, tetapi jika kabut dan badai menyerang, mustahil baginya untuk mengetahui di mana ia berada dan ke mana ia harus mengarah, selama berminggu-minggu. Menurut salah satu hikayat Norse kuno, hal inilah yang terjadi di suatu musim panas atas seorang pemuda bernama Bjarni Herjolfsson, seorang pelaut dan petualang ulung. Ia kehilangan arah—tetapi kemungkinan ia telah menemukan sebuah benua!

Pada masa kejayaan orang-orang Viking, orang Norse memperluas daerah kekuasaan mereka melintasi lautan dan terus ke selatan lewat Eropa. Kapal-kapal mereka yang ramping dan dirancang khusus untuk mengarungi lautan dapat dilihat di berbagai tempat dari pesisir Norwegia, pantai-pantai Afrika Utara, hingga ke sungai-sungai Eropa.

Menurut Saga of the Greenlanders, Bjarni menjalankan sebuah ekspedisi panjang ke Norwegia. Seraya musim dingin tahun 968 M mendekat, ia kembali ke Islandia dengan muatan penuh. Namun, ia terkejut sewaktu mengetahui bahwa ayahnya telah meninggalkan Islandia dengan armada kapal di bawah pimpinan Erik si Janggut Merah. Mereka telah pergi untuk menetap di sebuah daratan luas, yang ditemukan oleh Erik sebelumnya di sebelah barat Islandia. Untuk membuat pulau itu lebih menarik, Erik menamainya Greenland. Bjarni yang masih muda bertekad untuk berlayar ke Greenland. Namun, arah angin berubah. Kabut turun menutupi para pelaut. ”Selama berhari-hari, mereka tidak tahu di mana mereka berada,” kata hikayat yang disebutkan di atas tadi.

Akhirnya, para pelaut itu melihat daratan, tetapi daratan itu tidak cocok dengan gambaran Greenland. Pantainya tampak lebat dengan dedaunan, berbukit, dan berhutan. Mereka berlayar ke utara, dengan pantai di sebelah kiri mereka. Setelah diamati lagi, daratan itu tetap kelihatan tidak sama dengan Greenland. Namun, beberapa hari kemudian, daratan itu kelihatan berbeda—terdapat lebih banyak gunung dan lebih dingin. Kemudian, Bjarni dan awaknya mengarahkan haluan ke timur, ke arah laut lepas, dan akhirnya menemukan Greenland dan koloni Norse di bawah pimpinan Erik si Janggut Merah.

Leif Eriksson Berangkat

Mungkin, begitulah ceritanya bagaimana orang Eropa untuk pertama kalinya melihat daratan benua yang kemudian disebut Amerika Utara—meskipun tidak mendarat di sana. Laporan tentang apa yang Bjarni lihat menimbulkan minat yang besar di kalangan rekan-rekan Norse-nya di Greenland. Daratannya yang dingin tidak memiliki banyak pohon; untuk membangun dan memperbaiki perahu dan rumah, mereka bergantung pada kayu-kayu yang hanyut atau transportasi yang mahal dari pulau lain. Namun, di pulau yang diceritakan Bjarni itu, tampaknya yang terletak persis di seberang barat sana, terdapat hutan yang penuh dengan pepohonan!

Yang paling tertarik pada penemuan ini adalah seorang pemuda bernama Leif Eriksson, putra Erik si Janggut Merah. Leif digambarkan sebagai ”seorang pria yang besar dan kuat, luar biasa penampilannya dan bijaksana”. Sekitar tahun 1000, Leif Eriksson membeli kapal Bjarni, dan dengan awak 35 orang, ia berangkat berlayar untuk menemukan pantai yang diceritakan Bjarni itu.

Tiga Daratan Baru

Jika apa yang dikatakan hikayat-hikayat itu akurat, berarti Leif yang pertama-tama menemukan daratan berumput, dengan gletser-gletser luas yang menutupi dataran-dataran tingginya. Karena daratan itu seperti lempeng batu yang rata, Leif menamainya Helluland—yang berarti ”Daratan Lempeng Batu”. Mungkin, inilah saat ketika orang-orang Eropa itu untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Amerika Utara. Para sejarawan dewasa ini yakin bahwa Helluland adalah Pulau Baffin, di bagian timur laut Kanada.

Para pelaut Norse ini meneruskan pelayaran mereka ke selatan. Mereka menemukan daratan kedua, yang datar dan berhutan, dengan pantai-pantainya yang berpasir putih. Leif menamainya Markland, yang berarti ”Daratan Berhutan”, yang dewasa ini biasanya dikenal sebagai Labrador. Tidak lama kemudian, mereka menemukan daratan ketiga, yang bahkan lebih bagus lagi.

Hikayat itu berlanjut, ”Mereka mengarungi lautan dan berlayar selama dua hari dengan mengikuti angin timur laut, sebelum akhirnya melihat suatu daratan.” Mereka mendapati bahwa daratan ini begitu menyenangkan, sehingga mereka memutuskan untuk membangun rumah-rumah dan melewatkan musim dingin di sana. Selama musim dingin, ”suhunya tidak pernah berada di bawah titik beku dan rumputnya hanya sedikit layu”. Kemudian, salah seorang dari mereka bahkan menemukan pohon-pohon anggur; oleh karena itu, Leif Eriksson menamai daratan itu Vinland, kemungkinan besar berarti ”Daratan Anggur”. Ketika musim semi tiba, mereka berlayar pulang ke Greenland, dengan muatan penuh hasil bumi yang dibawa dari Vinland.

Para cendekiawan dewasa ini sangat ingin mengetahui di mana tepatnya Vinland, tempat adanya padang rumput hijau dan buah anggur ini, tetapi lokasinya masih belum diketahui. Beberapa peneliti menemukan bahwa ciri-ciri topografi Newfoundland cocok dengan gambaran yang ada dalam hikayat-hikayat kuno itu. Suatu situs penggalian di Newfoundland memperlihatkan bahwa orang-orang Norse memang pernah datang ke pulau itu. Namun, para ilmuwan lain berpendapat bahwa Vinland pastilah berada di lokasi yang lebih ke selatan lagi dan bahwa lokasi di Newfoundland digunakan orang-orang Norse itu sebagai basis atau jalan masuk ke Vinland yang letaknya lebih ke selatan lagi. *

Bukti yang Tersedia

Belum ada yang benar-benar dapat mencocokkan perincian hikayat Norse itu dengan geografi dewasa ini. Perincian yang tidak jelas dan misterius dalam hikayat-hikayat itu telah lama membuat penasaran para sejarawan. Akan tetapi, bukti yang paling nyata tentang kedatangan orang Norse di Amerika sebelum Columbus adalah sebuah lokasi yang digali selama tahun 1960-an dan 1970-an di Newfoundland, dekat desa L’Anse aux Meadows. Lokasi ini berisi reruntuhan rumah-rumah yang telah dipastikan sebagai milik orang-orang Norse, dan juga perapian besi serta benda-benda lain yang berasal dari masa Leif Eriksson. Selain itu, seorang penjelajah Denmark yang sedang bekerja di Newfoundland bagian selatan belum lama ini menemukan sebuah pemberat batu yang dibuat dengan cermat yang kemungkinan besar digunakan dalam kapal Viking.

Perjalanan orang Norse ke daratan-daratan baru di barat ini tidak dijadikan rahasia. Leif Eriksson pergi ke Norwegia untuk melaporkan apa yang ia lihat kepada raja Norwegia. Sewaktu Adam of Bremen, seorang sejarawan Jerman dan kepala sebuah sekolah katedral, pergi ke Denmark sekitar tahun 1070 untuk belajar tentang negeri-negeri di utara, Raja Denmark Sweyn menceritakan kepadanya tentang Vinland dan anggurnya yang sangat bagus. Kisah ini menjadi bagian dari kronik Adam of Bremen. Oleh karena itu, banyak orang terpelajar di Eropa menjadi tahu tentang daratan-daratan di barat yang telah didatangi oleh orang Norse itu. Selain itu, catatan-catatan tahunan kuno di Islandia dari abad ke-12 dan ke-14 menyebutkan beberapa pelayaran orang Norse berikutnya ke Markland dan Vinland, sebelah barat Greenland.

Christopher Columbus juga pasti telah belajar tentang pelayaran ke Vinland yang terjadi sekitar 500 tahun sebelum zamannya. Menurut sebuah buku tentang Vinland, ada indikasi bahwa sebelum melakukan pelayaran terkenalnya pada tahun 1492/93, Columbus bahkan pergi ke Islandia untuk mempelajari catatan-catatan yang terdapat di sana.

Apa yang Terjadi dengan Orang Norse?

Tidak ada catatan tentang permukiman permanen orang Norse di Amerika. Kemungkinan, mereka mencoba untuk bermukim di sana, tetapi hanya sebentar, tidak berhasil karena keadaannya keras, dan penduduk asli Amerika—yang disebut Skraeling oleh orang-orang Viking itu—ternyata bukan tandingan tamu-tamu yang tak diundang ini. Di Greenland, keturunan Erik si Janggut Merah dan putranya Leif Eriksson mengalami masa-masa sulit. Iklimnya bertambah ganas, dan perbekalan menipis. Setelah empat atau lima abad kemudian, orang Norse tampaknya sudah menghilang semuanya dari Greenland. Catatan tertulis yang terakhir tentang orang Norse di Greenland berkaitan dengan sebuah pesta pernikahan yang diadakan di sebuah gereja Greenland pada tahun 1408. Sekitar seabad kemudian, sebuah kapal dagang Jerman menemukan koloni Greenland yang sama sekali telantar dan sebuah mayat yang tidak dikubur—mayat seorang pria, dengan pisaunya yang masih berada di sisinya. Setelah itu, tidak ada kabar lagi tentang orang Norse di Greenland. Baru pada abad ke-18, para pemukim Norwegia dan Denmark tiba untuk mendirikan koloni permanen di sana.

Akan tetapi, dari Greenland-lah para pelaut Norse yang gagah berani ini bertolak ke dunia baru. Kita dapat membayangkan para pelaut yang tak kenal gentar ini mengendalikan perahu mereka yang layarnya persegi melintasi perairan yang tak diketahui sampai akhirnya mereka melihat dengan rasa takjub sebuah pesisir yang tak dikenal di cakrawala—tanpa pernah terpikir bahwa lima abad kemudian, Christoper Columbus akan dielu-elukan sebagai penemu Dunia Baru.

[Catatan Kaki]

^ par. 15 Lihat artikel ”Di Manakah Vinland yang Legendaris Itu?” dalam terbitan Sedarlah!, 8 Juli 1999.

[Kotak/Gambar di hlm. 20]

BAGAIMANA ORANG VIKING BERLAYAR?

Orang Viking Norse tidak memiliki kompas. Lalu, bagaimana mereka dapat menjadi pelaut-pelaut yang ulung? Sewaktu tidak berlayar di laut lepas, mereka berlayar dengan melihat pesisir. Jika mungkin, mereka melintasi sebuah selat pada titik di mana daratan di kedua sisi dapat dilihat. Selain itu, mereka tahu caranya mengikuti matahari dan bintang-bintang. Misalnya, mereka menggunakan sebuah sistem sederhana untuk menentukan garis lintang mereka, dengan menggunakan tabel angka untuk setiap minggu dalam suatu tahun dan sebuah tongkat pengukur untuk mengukur ketinggian matahari tengah hari di atas cakrawala. Karena mereka tidak tahu cara menentukan garis bujur, sewaktu mereka berada di laut lepas, mereka lebih suka berlayar ke arah timur atau ke arah barat, dengan mengikuti garis lintang yang dipilih.

Misalnya, jika mereka ingin berlayar dari Greenland ke sebuah posisi di pesisir Vinland, mereka dapat berlayar ke arah selatan dari Greenland sampai menemukan garis lintang yang dimaksud; kemudian mereka akan berputar ke arah barat dan menemukan pelabuhan yang diinginkan. Selain itu, mengamati burung juga berguna bagi para awak Viking di laut lepas. Mereka cukup terampil dalam menyimpulkan di mana ada daratan—dan daratan apa itu—dengan mengamati burung yang sedang terbang. Kadang-kadang, mereka membawa gagak; sewaktu gagak-gagak ini dilepaskan, mereka akan membubung tinggi dan terbang ke arah pantai terdekat. Dengan demikian, para awak Viking tahu di mana letak daratan terdekat.

Alat bantu lain untuk berlayar adalah pemeruman (sounding). Seorang pelaut Viking menurunkan sebuah tali yang ditempeli timah pemberat. Hal ini memiliki dua kegunaan. Pertama, cara ini memungkinkan dia untuk menentukan kedalaman air. Setelah pemberat itu sampai ke dasar, sang pelaut akan menarik tali itu dan menggunakan rentang kedua tangannya untuk mengukur panjang tali. Hingga hari ini, para pelaut mengukur kedalaman dengan menggunakan satuan ”fathom”, istilah yang diambil dari kata bahasa Norse lama yang berarti ”kedua tangan yang terentang”, yang panjangnya sama dengan 1,8 meter. Namun, timah pemberat ini memiliki fungsi kedua. Sering kali, di bagian dasar pemberat ini dibuat lubang yang diisi dengan lemak binatang. Dengan demikian, pemberat itu akan membawa sampel dasar laut. Sang pelaut akan memeriksa komposisi sampel itu dan mencocokkannya dengan peta lautnya, yang berisi penjelasan tertulis tentang komposisi dasar laut di berbagai lokasi. Meskipun peralatan mereka sederhana saja, orang Viking adalah pelaut yang ulung.

[Keterangan]

Photo: Stofnun Arna Magnússonar, Iceland

[Peta di hlm. 18]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

NOVA SCOTIA

Bjarni Herjolfsson berlayar dari Islandia sekitar tahun 986 M

NEWFOUNDLAND

LABRADOR

PULAU BAFFIN

GREENLAND

Leif Eriksson berlayar dari Greenland sekitar tahun 1000 M

GREENLAND

PULAU BAFFIN

LABRADOR

NEWFOUNDLAND

[Keterangan]

Mountain High Maps® Copyright © 1997 Digital Wisdom, Inc.

[Gambar di hlm. 18]

Di kiri, sebuah rekonstruksi rumah Erik si Janggut Merah di Greenland

[Gambar di hlm. 18]

Replika kapal Viking dalam ukuran sebenarnya, yang digunakan dalam penjelajahan Leif Eriksson

[Keterangan]

Viking ships on pages 2 and 18: Photos: Narsaq Foto, Greenland

[Gambar di hlm. 21]

Patung Leif Eriksson, Islandia

[Gambar di hlm. 21]

L’Anse aux Meadows, Newfoundland

[Keterangan]

Parks Canada

[Keterangan Gambar di hlm. 20]

Artifacts on display at the Museum of National Antiquities, Stockholm, Sweden